Misi Kemanusiaan Freedom Flotilla atau The Madleen's Gaza Freedom Flotilla, adalah inisiatif oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC), sebuah koalisi internasional nirlaba yang bertujuan mematahkan blokade Israel di Gaza. Saat ini kapal sudah mendekati Gaza, sekitar 10 - 20 jam lagi (dari 7 Juni 2025) akan bisa sampai pantai.
Kapal Madleen, berlayar dari Catania, Sisilia, pada tanggal 1 Juni 2025 pukul 16:00 GMT+2. Hingga tanggal saat ini, 8 Juni 2025, pelayaran telah berlangsung selama 7 hari. Misi ini awalnya diperkirakan memakan waktu sekitar 7 hari untuk menempuh jarak 2.000 km menuju Gaza, dengan perkiraan tiba pada 7 Juni 2025, tetapi ada laporan bahwa kapal sempat mengubah rute untuk membantu perahu migran Sudan pada 5 Juni, yang mungkin memengaruhi jadwal.
Misi ini melibatkan pelayaran kapal yang membawa bantuan kemanusiaan, seperti makanan, obat-obatan, pakaian, dan ambulans, serta ratusan aktivis dan pengamat hak asasi manusia dari berbagai negara. Diluncurkan sejak 2010, misi ini merupakan aksi damai tanpa kekerasan untuk menyokong rakyat Palestina.
Madleen
Madleen, nama dari kapal pelayaran ini diambil dari nama nelayan wanita Gaza. Madleen, saat ini berusia 29 tahun, adalah satu-satunya nelayan perempuan di Gaza. Ia mulai belajar memancing pada usia enam tahun, bersama ayahnya, dan telah melaut sendiri sejak berusia 12 tahun. "Saya pergi melaut dengan perahu dayung, dan ayah saya akan menunggu di pantai. Kemudian dia jatuh sakit dan tidak bisa bekerja lagi, jadi saya mulai memancing sendiri untuk menghidupi keluarga saya," katanya kepada Al Jazeera (Shareefa Energy @ShareefaEnergy).
Greta Thunberg, adalah aktivis lingkungan asal Swedia yang terkenal karena kampanyenya melawan perubahan iklim. Ia memulai gerakan "Fridays for Future" dengan mogok sekolah di depan parlemen Swedia pada tahun 2018 untuk menuntut tindakan nyata terhadap krisis iklim. Ia juga terlibat dalam aksi kemanusiaan, seperti bergabung dengan kapal bantuan untuk mematahkan blokade Israel di Gaza pada 2025.
Greta Thunberg lahir dan besar di Stockholm, Swedia, usianya adalah 22 tahun, Ia adalah putri dari penyanyi opera Malena Ernman dan aktor Svante Thunberg.
Silence is Complicity
Dalam misi Freedom Flotilla dengan kapal Madleen yang berlayar pada Juni 2025, Greta Thunberg berperan sebagai aktivis kemanusiaan dan salah satu dari 12 relawan internasional yang ikut berlayar. Ia bergabung dengan Freedom Flotilla Coalition (FFC) untuk mendukung misi damai yang bertujuan mematahkan blokade Israel di Gaza, mengantarkan bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis, serta meningkatkan kesadaran global tentang krisis kemanusiaan di Gaza.
Thunberg, yang dikenal sebagai aktivis iklim, menegaskan bahwa partisipasinya adalah bagian dari kewajiban moral untuk melawan ketidakadilan, dengan menyatakan bahwa 'silence is complicity' (bahwa diam itu ikut terlibat} dan bahwa misi ini adalah bentuk perlawanan tanpa kekerasan terhadap blokade dan krisis di Gaza.
The Madleen's Gaza Freedom Flotilla adalah inisiatif solidaritas penting yang akan membantu untuk terus menyoroti blokade Israel yang ilegal dan mematikan di Jalur Gaza yang diduduki di tengah-tengah genosida yang sedang berlangsung. Armada Freedom Flotilla Gaza harus diizinkan untuk menjalankan misi damai dengan aman dan bebas dari intimidasi atau serangan. Tidak ada pembenaran untuk memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza di tengah-tengah tingkat kelaparan dan penderitaan yang luar biasa dan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Pihak berwenang Israel harus segera mencabut blokade yang melanggar hukum terhadap Gaza, mengizinkan dan melanjutkan aliran bantuan kemanusiaan dan pasokan yang menyelamatkan nyawa, dan #StopTheGenocide.( Amnesty International @amnesty).
Berbagai inisiatif global, selain Freedom Flotilla, telah bekerja sama untuk mengakhiri blokade Israel atas Gaza, di mana bantuan diblokir dan kelaparan mungkin terjadi.
Global March to Gaza, yang dipimpin oleh serikat pekerja dan kelompok-kelompok hak asasi manusia dari lebih dari 54 negara, berencana untuk memulai aksi di Kairo pada tanggal 12 Juni dan berjalan menuju Rafah. Mereka bertujuan untuk menekan Mesir agar membuka perbatasan bagi 3.000 truk bantuan, dengan lebih dari 10.000 peserta yang telah mendaftar.
The Tunisian Resilience Convoy, yang berangkat pada tanggal 9 Juni, melibatkan lebih dari 7.000 orang dari Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Libya, yang membawa pasokan medis dan makanan ke Gaza. Konvoi yang didukung oleh berbagai organisasi ini, bermaksud untuk mencapai perbatasan Gaza pada tanggal 15 Juni.
(Jkt, 08/06/25 - update 10/06/25)